Minggu, 20 Februari 2011

Jejak Makhluk Aneh,, Apakah ini UFO atau Aliens?

Ini adalah jejak makhluk aneh yang saya dapatkan di Pantai Kuala Beukah di Aceh Timur... Jejak2 ini sangatlah banyak dan menjadi keunikan yang perlu diperhitungkan,, lain waktu saya akan muat foto foto lainnya yang lebih menarik untuk mengungkap kehadiran mereka di Aceh. Siapakah Mereka?

Ikan Hiu

Ikan hiu adalah jenis ikan yang banyak terdapat di perairan Selat Malakaa. Ikan hiu ini ditangkap di perariran tersebut oleh Nelayan dari Aceh

Kamis, 17 Februari 2011

Bunglon Raksasa

Pengalaman unik, tanpa disengaja dan tak juga disangka sangka, saat sedang istirajat dekat pohon kelapa, saya menemukan seekor bunglon yang warnanya langsung menyamai kulit pohon kelapa tersebut. Keunikan ini telah terekam pada 17 Feb 2011 di sebuah desa di kecamatan Perlak.

Selasa, 15 Februari 2011

Malam Hujan Perawan

Tak kusangka ku sanggup merenggut perawannya, seorang cewek yang terkenal alim dan katanya berakhlak mulia. Sebuah pengalaman yang mungkin mesti kuukir dengan tinta emas dan kubingkai denga kayu cendana dengan balutan kain sutra Persia.



Oh, baru berselang 1 jam lebih, ketika malam minggu ini aku lewati dengan penuh kemesraan. Tak pernah dalam hidup ini terbayangkan akan menggapai impian surga secepat ini. Umurku yang masih muda untuk katagori lelaki tetapi telah mencicipi kenikmatan tak terhingga.



tingting ,,,,,,,,,,,, tingting,,,,,,,,,,,,,,,,,,



Sebuah pesan masuk ke inbox Hp kuyang jadul. “B4n9 j3mput 4d3k k3rum4h y4!!!!”

Itulah awal mula kisah indah ini dimulai. Sebuah pesan yang tak tersirat hal yang akan terjadi. Sebuah sms yang biasa kirimkan kepadaku dari seorang cewek yang telah lama ku kenal di kotaku.

“Oke Ais, jam lapan ya abang krumah.” balas ku tetap dalam format sms.

5 menit kemudian. “yups”

Menunggu adalah aktivitas yang membosankan. Apalagi kalau mesti menunggu 4 jam lagi.

+++++++



“Jadi gak kita pigi ke rumah sakit dek” kataku setelah 10 menit lebih diam diruang tamu rumah Ais.

“Maaf bang, mamak gak ijinin” Katanya dengan rautku masam.

“Kenapa?’

“Kata mamak, ayah ajak mamak kerumah sakit, jadi terpaksa Ais yang dirumah. Khan gak mungkin kosongin rumah.” Jelas Ais tanpa menoleh ke arahku.

“Tapi kok sepi, mamak dah pigi ya?”

“Belum nak Vandi” Suara itu mengejutkanku dan ternyata ketika tepat didepanku aku baru sadar kalau itu mamaknya Ais.

“Ma,,, maaf mak, e e mamak mau kemana?”

“Mamak mau ke rumah sakit ma ayah, jadi nak vandi disini aja dulu, temenin Ais buat tugas kuliah.” pinta mamak

“tapi mak…”

“gak lama kok, cuma satu jam aja” mamak cepat memotong pembicaraanku.

+++++



waktu terus berlalu, 30 menit sudah ngobrol dengan ais, mulai dari masalah gosip artis sampai ke masalah pendidikan. Memang enak ngobrol dengan cewek berwawasan tinggi. menambah pengalaman apalagi aku bukanlah pemuda yang berpendidikan tinggi. Cuma tamatan SMA terpencil.

Sudah sering aku berkunjung ke rumah Ais, dan biasanya aku datang sore hari dan sebelum maghrib langsung cabut pulang. Hanya malam ini yang pertama aku datang malam dan sialnya aku malah disuruh temenin cewek alim lagi. Padahal kalau aku pulang aku bisa main badminton dengan kawan-kawan. Lumayan untuk menyegarkan badan di malam hari.

“Ais, gak pernah keluar malam ya?” aku mencoba memecah kesunyian.

“Gak bang, kecuali ma mamak. tadi waktu ajak abang juga dah minta izin mamak tetapi ayah larang.”

“Ais dah punya pacar lom ni” tanyaku dengan nada canda sambil menggeserkan badan tepat di depannya tanpa niat apapun kecuali agar pembicaraan tidak perlu mengeluarkan suara yang besar.

“Glereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrt Grummmmmmmmmmmmmmm”

Aku tersentak, suara petir hadir begitu dekat. Ketika kusadar aku semakin terkejut karena ais telah berada tepat dalam pangkuanku. Kami saling termenung, aku jadi bisu, hanya mata yang menatap ais yang kelihatan sangat ketakutan.

“bang, ais takut petir” katanya dengan gemetar.

“Ya gak usah takutlah,kan ada abang, hehheheee,,,”

“tapi tetap takut”

“Glereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrt Grummmmmmmmmmmmmmm”

Sekali lagi petir datang menyambar dan langsung disertai hujan deras. Keadaan langsung berubah. Ais yang kukenal sangat menjaga jarak dengan cowok malam ini malah mendekap erat tubuhku.

sebagai pria norma, libido gairahku langsung on, entah kenapa, entah setan darimana yang merasukiku.

++++++



Aku kembali membakar rokok kretekku sambil menikmati secangkir kopi. Kenangan malam itu masih tetap terlintas dipikiranku. Rasa bersalah hadir silih berganti dengan rasa bangga.

+++++



“Bang, abang sayang ais khan????” tanya ais dengan deraian air mata.

Kami masih saling berpelukan setelah sebuah aktivitas yang menguras tenaga dan mengucurkan keringat baru saja berlalu. Jam telah menunjukkan angka 09.27. Hujan mulai mereda tapi kami malah terasa lelah.

“Ya, abang sayang ama ais, jangan nangis ya sayang” aku tulus mengucapkan ini.

“Bang, ais takut”

“jangan takut sayang, semua telah terjadi, abang juga tak bermaksud begitu, tapi…”

“tapi apa bang?” desak ais

“Tapi kita telah melakukannya dan itu harus kita akui”. aku bicara sedekat mungkin dengan telinganya seakan aku hanya mendesah dalam dekapan ais.

“Abang, jangan cerita ma siapa-siapa ya?”

“Ya gaklah sayang, senyum dong”

Aku kembali melihat senyuman yang mekar dari bibirnya, senyuman yang mengingatkanku pada erangan 31 menit Ais.

+++++++++



Telah habis 7 batang rokok kretekku. Dan hujan masih belum reda dengan hawa dinginnya. Apalagi tadi aku baru saja kehujanan, kelelahan dan kenikmatan tak terhingga.

+TAMAT+



Note: Cerita ini diambil dari kisah maya, jika ada kesamaan nama tokoh itu adalah kesamaan nama anda saja.

Jumat, 11 Februari 2011

Ku di bantai di tanahku

Embun pagi masih menempel  didedaunanku yang hijau dan muda ketika sebuah suara menggelar dari bukit sebelah. Suara yang mengerikan dari mesin pembunuh yang dibawa oleh manusia bejat dalam hutan rimba. Aku yang dikelilingi oleh teman-temanku dan kerabat yang setia menaungi tanah masih tegar berdiri disini, bukan karena tidak takut dengan apa yang telah terjadi pada sahabat jauhku yang lain tetapi hanya karena kami ditakdirkan untuk tidak bisa berpindah tempat. yach, kami hanya sebatang pohon yang harus setia ditempat pertama kali berdiri, setia menanti matai dan semoga tidak mati di tangan para penjarah tak bertanggung jawab.
Suara itu semakin dekat dengan di barengi suara - suara tumbangnya pohon - pohon besar penopang alam dan pemberi karbon bagi dunia. Pohon - pohon itu direbahkan tak beraturan dan lebih banyak menimpa tanaman lainnya sehingga lapanglah tanah kami dan gersanglah kawasanku. Ku terhenyak, ketika dari kejauhan kelihatan 3 orang pria dengan tubuh tegap berkulit hitam memanggul sebuah senjata pemotong. Mereka berjalan menerobos tanaman yang kecil yang pastinya dengan sabetan parang tajam di tangan. Tak peduli apa kegunaan kami bagi alam, mereka mematikan anak-anak kami, mereka mencedarai saudara kami, mereka menghancurkan keluarga kami.
3 manusia gelap tak berbaju namun berpeluh masam berhenti sekitar 20 meter dariu. Tingginya batangku membuatku bisa melihat jelas apa yang mereka lakukan. Oh Tuhan, mereka membawa sebuah gergaji mesin, jerigen berisi bensin atau solar, parang, dan sedikit bahan makanan. Mereka menunjuk nunjuk ke arah beberapa pohon yang usianya hampir seusiaku namun dengan jenis yang berbeda. Ah pohon itu, aku berharap bukan pohon itu tujuan mereka, pohon yang menjadi penghuni sebuah bukit dengan keteduhan dan mampu menyimpan sumber air bagi tanaman disekelilingnya. Aku tak ingin pada hari ini pohon itu yang dihancurkan dan dibawa pulang entah kemana, mungkin untuk dijadikan bangunan rumah, peralatan rumah, atau lainnya.
Aku hanya sebatang pohon namun punya perasaan, punya manfaat bukan hanya untuk bangunan. Kami dilahirkan untuk keseimbangan alam, kami hadir menjaga iklim, kami tumbuh sebagai penyejuk alam. Kami bersama-sama membangun hutan demi sejahteranya manusia, dan jangan lupa kami mengayomi semua makhluk, semua hewan yang hidup dalam hutan kami.
Matahari sudah mulai meninggi diatasku, rasa panas mulai menyebar di sekitar hutan. Keadaan ini sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, dimana kesejukan dan kenyamanan selalu hadir dan menyapa. Dulu embun sangat lama menempel di daun kami, dulu tanah akan lembab sampai sore, dulu anak - anak kami yang masih bayi tak akan layu daunnya, dulu tunas - tunas kami tumbuh dengan kelembutan, dulu bunga - bunga mekar dalam kasih sayang. Sinar matahari mulai menembus tanah tempat aku berdiri, menghujam akar - akar kuatku, memeras simpanan air yang ada di tanah pijakanku, mematikan hewan kecil yang menggemburkan tanah.
Pria-pria itu berpaling arah, menatap ke arahku, menunjuk dahan - dahanku yang besar. Mereka mendekat, mereka semakin dekat, mereka menerobos semak belukar yang indah. Burung - burung terbang tinggi ketakutan, teriak histeris seakan faham apa yang akan terjadi nantinya. Sebuah tangis pilu dari rusa yang dari tadi berteduh di rimbunnya aku memecah kehangatan hutan.
Tak lama menunggu akhirnya mereka berhasil juga mendekatiku, seandainya aku bisa berlari maka aku akan berlari sejauh mungkin, bukan untuk aku, tapi untuk manusia juga, untuk keseimbangan alam, untuk kebutuhan makhluk hidup lainnya. Aku membayangkan apa yang telah terjadi pada sahabat-sahabatku beberapa bulan lalu, mereka di bantai, ada sebatang kayu yang langka, ada pohon yang sangat berguna, ada batang yang seharusnya diselamatkan, tapi semua dujadikan gelondongan. Ah ngeri, tapi apa yang bisa aku lakukan.
Batangku terasa perih, getahku mengucur deras, kulitku hancur bersama suara mesin kejam pemusnah hutan. Ya, aku menjadi pilihan hari ini, terpilih sebagai korban kebrutalan manusia.
Di saat - saat terakhirku ini, ku coba membayangkan kejadian banjirnya pemukimana manusia karena hutan berkurang, karena tanah tak mempunyai akar pohon yang sanggup menampung air, karena longsong yang menyongsong kota, karena udara yang semakin panas. Tidak berpikirkah pria - pria ini? Apakah mereka bahagia dengan uang yang didapatnya walau keluarga mereka terancam musnah?
Sebagian batangku mulai terpotong, aku pasrah karena kami tak bisa melawan. Aku semakin sakit, semakin gelap dunia ini, aku linglung, aku bingung. Inilah akhir hidupku. Inilah pengorbananku. Semoga aku yang terakhir.
(Tulisan ini adalah ilustrasi illegal logging dilihat dari sudut pandang tumbuhan hutan)

Jeritan Dara Mantan Perawan

Malam ini tanpa sengaja aku menemukan sepucuk surat di jalan sewaktu aku keluar dari rumah untuk membeli sebungkus nasi. Surat yang masih baru karena belum dikotori oleh debu dan hanya dibasahi oleh embun malam, padahal hujan telah melanda kotaku sejak sore. Bentuknya memang surat dan dengan sedikit perasaan penasaran kuambil surat tersebut dan aku terus menuju warung untuk membeli sebungkus nasi.
Sesampainya dirumah aku beranikan diri membuka dan membaca surat tersebut yang ditulis di kertas putih bercapkan bibir.
Dunia, 1 January 2011, 02.45.11 WIB Kepada Kekasihku Pria yang bersemanyan di hatiku
Salam air mata dan kehangatan cinta
Kutuliskan sebuah jeritan kepadamu, agar engkau juga tahu isi hatiku, isi hati yang tak bisa ku ungkapkan dengan lisan kepadamu walaupun hanya melalui telepon.
Duhai kekasihku.
Belum berselang sehari kisah mesra yang kita bina, kisah mesra yang mampu menembus angan dan harapanku tuk hidup bersamamu di dunia ini. Semoga dan kuharap kau juga tidak langsung melupakan semua itu, begitu juga aku, sayang. Masih terbanyang di mata ini, awal kedatanganmu kerumahku, berpamitan pada kedua orang tuaku dan akhirnya kita berselancar diatas motor menuju tempat yang kau (bukan aku) inginkan.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk mencapai rumah yang telah ditata bagaikan tempat hiburan malam yang katamu adalah rumah kawanmu. Aku terpaku, terdiam, hening dan heran. Walau sebenarnya tempat ini ramai oleh muda - muda  dan musik yang hingar bingar.
Duhai kekasihku.
Kau bisikkan kata sayang dan janji ke telinga mungilku sambil kau dekapkan tanganmu di pinggangku. Mesra dan ini yang ku inginkan. Hanya ini, tak lebih. hanya rasa sayang dan nyaman berada dalam dekapanmu.
Waktu terus berlalu dan pesta terus berlanjut. Aku ingat semua itu sayang, walau tubuhku sudah mulai terlihat pusing oleh ulah kawan - kawan mu yang menyodorkan segelas minuman berwarna ungu yang tak dan belum pernah aku lihat apalagi aku rasakan. Aku menegaknya dan matapun terasa berat. Aku berjoget, begitu juga kau. Semua berjoget dan menari riang.
Kulihat jam dinding dengan samar menunjukkan angka 11 lewat 47 menit malam itu. Semua semakin bersemagat, suara terompet sudah mulai di uji coba, sebagai persiapan menyambut tahun baru. Tubuhku sudah mulaimlemas, pikiranku waktu itu sudah mulai tidak waras, aku hanya ingin terus berada dalam dekapanmu, dalam kecupanmu dan dalam belaianmu.
Aku terlelap dan tak sadrkan diri sebelum terompet kemeriahan tahun baru ditiup serentak bersama suara - suara mercun yang mnggelegar di udara.
Sayang, aku tak tahu berapa lama aku tak sadarkan diri, aku tak tahu apa yang telah terjadi dan aku hanya tahu bahwa aku terbangun masih disana, masih ramai tapi bukan di ruangan yang tadi. Itu tempat tidur sayang dan aku hanya diselimuti kain sarung tanpa pakaian yang aku kenakan tadi.
sayang, aku tak bermaksud untuk begini dalam merayakan tahun baru ini karena baru kali ini aku kelaur di malam tahun baru yang katanya sangat menyenangkan tetapi mengapa harus berakhir pahit bagiku.
Sayang, kau mengatakan dengan tegar epadaku bahwa kau telah merenggut perawanku, telah khilaf karena tak bisa menahan nafsu di depan ku, di depan cewekmu yang telah tak berdaya. Kau dengan bersikap dewasa berjanji untuk bertanggung jawab kepaku. sayang aku bangga padamu. Kau mau berjanji dan aku percaya janjimu. Alku tak sedih lagi walau perawanku telah kau renggut karena engkaulah yang au cintai. Aku harap kau mengerti sayangku.
Setelah beres-beres dan pamitan pada kawan-kawan yang lain yang juga sudah hendak pulang. Kau ajak diriku meninggalkan tempat pertama kali aku bercumbu dengan pria yang aku cintai. Saat itu aku masih bahagia sayang dan aku tak ingin berpikri aku akan menderita.
Jam tanganku telah menunjukkan pukul 1.20.11 WIB, ketika aku sampai kekamarku. Kita beruntung karena orangtuaku tak mengunci pintu rumah sehingga aku bisa masuk tanpa membangunkan mereka. Kau pun pamit dan hilang di kegelapan malam. Mungkin hanya itu saat-saat terakhir kita sayang. Saat - saat kebersamaan kita. Karena setelah aku rebahkan badan, rasa dosa telah berbuat nista denganmu terus menghantuiku, seakan menguntitku dan berteriak; kau wanita jalang”. Aku tak kuasa sayang, aku tak sanggup. Aku tak mampu dan tak bisa. Batinku tertekan dan aku shock sayang.

Akhirnya kuputiuskan untuk menulis sepucuk surat yang kualamatkan kepadamu walau tidak kutulis namamu. Akan kukirimkan kabar ini kepadamu lewat cerita yang kan kau dengarkan dari orang lain.
Seandainya kau masih mengingatku dan masih ingin mengulang kejadian tahun baru itu. Aku siap sayang. Tapi kau pun harus siap karena aku tak mampu hidup lagi di dunia ini karena apa yang telah kuperbuat bersamamu.
Kekasihku.
Ini malam terakhirku dan malam terakhir bagi kita bersama. Dengan berat hati aku terpaksa membayar malu ini dengan nyawaku. Selamat tinggal sayang, bawalah bahagiaku bersamamu dan biarlah kubawa sengsara dan nista kita ke alam lain.
Tertanda kekasihmu
Nista “Sang dara mantan Perawan”

Itulah isi surat empat halam penuh yang dengan berat hati aku publish disini agar tersampaikan kepada kekasihnya. Mohon kawan bisa meneruskan isi surat tersebut agar bisa mudah menemukan sang kekasih.

Gadis Cilik Pencari Tiram

Tiram adalah salah satu potensi yang ada di pesisir Timur Aceh. Banyak anak - anak usia sekolah yang ketika sore hari mencari tiram. Tiram-tiram yang sudah dikumpulkan biasanya dijual atau ada juga yang dikonsumsi sendiri bersama keluarga.

Musim Tanam Padi

Bireuen memasuki musim tanam padi di awal january 2010.

Pohon Kelapa Kembar yang Tegar

Inilah pohon kelapa kembar yang telah lama tumbuh di depan rumahku, desa Lueng Kuli Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen, Aceh. Pohon kelapa ini telah berumur lebih dari 50 tahun.
Menurut cerita bapakku, A. Rasyid, kelapa ini ditanam oleh kakekku ketika bapkku masih kecil. dan sampai sekarang disaat umurku telah 28 tahun, pohon kelapa kembar ini masih tegar menjulang langit menghiasi halaman rumahku.

Kencan yang Aneh

“Lg gpaien ni?mf y,td mo jmpa ya,mlm ni da jln2?”
Itulah sms awal perjumpaan misteriusku malam ini, 30 January, malam minggu terakhir di bulan pertama tahun 2011. Sebuah pertemuan yang tak ku agendakan dan tak aku inginkan namun harus terjadi dengan sendirinya.
“ni lagi jln2 ma kawan. qm da rencana kemana?” aku mencoba merespon tapi tak ada respon darinya. Cewek yang tak ku kenal langsung namun hanya ku kenal melalui salah sambung darinya di malam rabu yang lalu.  Di hp ku kutulis namanya dengan “Ilusy” sebuah kata yang menyatakan ketidakpastian, hanya sebuah angan dan kebohongan karena pada pembicaraan pertama dia berpesan agar aku menelponnya di malam hari karena menurutnya di siang hari dia sibuk kerja. Padahal kebiasaan cewek akan marah jika ditelpon di malam hari karena akan menggangggu waktu istirahatnya. Namun itulah faktanya, aku tak ada komunikasi dengannya di siang hari tetapi hanya dimalam hari komunikasi baru terbangun.
pembicaraan pertama lewat telpon telah berlalu beberapa malam yang lalu dan malam ini aku tak berharap akan mendapatkan sms darinya karena sudah beberapa hari aku coba hubungi dia tak ada jawabannya.
Namun kuberanikan diri menelponnya, mengharap aku bisa mendengar suaranya saja sebagai kawan tak dikenal di dunia nyata, hanya Ilusy.
“Assalamualaikum” aku memberikan salam
“Waalaikum salam” suaranya merdu disebarang entah dimana.
“Lagi dimana ni,” tanyaku
“dirumah suntuk banget nih. kamu dimana, gak jalan2?”
“ni lagi jalan2 ma kawan, suntuk juga, dari tadi sore aku jalan2 ma kawan aja”
“oh, kalau mau kerumah silahkan ja”
“emang boleh ya?
“Boleh, tapi kamu pigi ma ciapa ya”
“ma kawan….”
“waduh, gak bisa jalan2 dong” katanya lugas, kata kata mebuat ku berpikir lama, mungkin maksudnya ingin jumpa dan jalan dengan ku malam ini. dengan cepat ku ambil kesimpulan bahwa aku harus datang sendir kerumahnya.
“ya udah, aku datang sendiri aja ya?”
“ya, tapi 15 menit lagi ya, aku minta ijin ma mamak dulu nih”
“ok, sms aku 15 menit lagi, aku tunggu”
“OK”
Aku menunggu dengan bercanda ma kawan bahwa malam ini mungkin aku akan dikerjain cewek, seorang cewek yang belum aku kenal tapi mengajakku jalan2 di malam minggu ini. Tapi, ah, aku harus berani, karena aku juga harus pede, wkwkwkw.
“Hallo, aku dah siap ni” katanya lewat telpon.
“jemput aku di depan rumah ya, maaf hp ku ni lowbat” sambungnya lagi dan hpnya pun putus,
“tut tut tutu,,,,”
Berbekal petunjuk rumah yang diberikannya maka aku mencoba mencari alamat rumahnya. Memasuki lorong yang gelap aku terus memacu motorku dengan pelan (emang bisa ya), dan ketika melewati persawahan tepat dirumah di kebun kelapa aku melihat sepintas seososok cewek dengan paras yang berseri di kegelapan malam. Aku langsung menghentikan motorku,
“Ilusy?” cegatku dengan penuh kepedean
“Ya,” katanya agak malu2
“ayo, silahkan naik, kita jalan” ajakku
langsung saja dia berada di belakang motorku dan aku berbalik arah menuju kota.
Bulu kudukku mulai metinding ketika mengingat aku berjumpa dengan di kegelapan malam, mana mungkin ada seorang dara yang mau di jemput di gelap malam dan di bawah pohon kelapa. Aku mulai membayangkan hal - hal aneh apakah dia makhluk halus yang menyerupai seorang cewek? seperti cerita misteri dalam film - film indonesia.
“Darimana kamu dapatkan nomerku?” tanya ku ketika kamu sudah melaju
“nanti aja kita ngomong waktu dah nyantai” jawabnya tegas.
Aku mulai was - was dan tambah curiga, jangan - jangan benar dugaanku tadi. kami pun diam seribu bahasa, tanpa tanya dan tanpa jawab.
setengah perjalan ku coba melihat ke belakang dan kulihat wajahnya tidak lagi beraseri, apa karena sudah di jalanan yang agak terang sehingga wajahnya pun meredup? atau dia memang bukan manusia? atau dia malu atau….?
akhirnya kamipun ngobrol ringan seputar tempat tinggalku dan tempat tinggalnya tanpa saling menyakan identitas pribadi. Sesampai di kota B, aku ajak dia mampir di Rex tapi dia gak mau, lalu kucobba tawarkan mampir di Cafe, dia juga menolak dan akhirnya dia tawarkan kami mampir di Cafe S yang agak remang. Di situ kami memesan makanan dan minuman ringan. Sambil ngobrol aku memerhatikan wajahnya, ya dia memang manusia. kami saling bercetia tentang pribadi kami, tentang kuliah dan tentang kerja. Ketika membahas tentang keluarga, dia mengatakan bahwa dua abang dan satu kakaknya telah meninggal, kini dia berdua dengan abngnya saja yang sudah merrid. Bulu kudukku sekali lagi merinding, mungkinkah dia juga sudah meninggal, karena jarang sekali senyum terukir di bibirnya. Tapi, ah, semua sudah berlalu, sekian waktu telah bersama dan dia biasa biasa saja. Dia tentulah gadis yang kehilangan kasih sayang namun untuk pergi dengan seorang cowok takut ketahuan dengan ortunya atau abangnya.
Setelah lebih satu jam, akhirnya kami sepakat pulang, diperjalanan, pikiranku makin tak karuan, apalagi ketika kadang2 aku merasa dia tidak ada dibelakangku tapi suaranya ada. ketika dia menanyakan ke aku apakah nggak takut akan hantu. spontan aku menjawab yang duduk di belakangku juga hantu. Tapi dia diam saja.
Sekali lagi, dia tak ijinkan aku mengantarnya kerumahnya langsung, namun dia hanya memintaku menurunkan nya di depan lorong yang gelap di bawah pohon kelapa. aku makin takut tapi semua sudah terlanjur, aku tidak boleh kelihatan penakut walau sebenarnya takut.
Ketika dia turun kucoba perhatikan kakinya, dan ternyata kakinya menyentuh tanah, kupegangi tangannya dan kurasakan aliran darah seorang manusia.
Ah, mungkinkah dia manusia atau hanya makhluk lain yang sedang memperdaya aku. yang jelas malam ini akau merasakan ada hal aneh dalan diriku.