Selasa, 15 Februari 2011

Malam Hujan Perawan

Tak kusangka ku sanggup merenggut perawannya, seorang cewek yang terkenal alim dan katanya berakhlak mulia. Sebuah pengalaman yang mungkin mesti kuukir dengan tinta emas dan kubingkai denga kayu cendana dengan balutan kain sutra Persia.



Oh, baru berselang 1 jam lebih, ketika malam minggu ini aku lewati dengan penuh kemesraan. Tak pernah dalam hidup ini terbayangkan akan menggapai impian surga secepat ini. Umurku yang masih muda untuk katagori lelaki tetapi telah mencicipi kenikmatan tak terhingga.



tingting ,,,,,,,,,,,, tingting,,,,,,,,,,,,,,,,,,



Sebuah pesan masuk ke inbox Hp kuyang jadul. “B4n9 j3mput 4d3k k3rum4h y4!!!!”

Itulah awal mula kisah indah ini dimulai. Sebuah pesan yang tak tersirat hal yang akan terjadi. Sebuah sms yang biasa kirimkan kepadaku dari seorang cewek yang telah lama ku kenal di kotaku.

“Oke Ais, jam lapan ya abang krumah.” balas ku tetap dalam format sms.

5 menit kemudian. “yups”

Menunggu adalah aktivitas yang membosankan. Apalagi kalau mesti menunggu 4 jam lagi.

+++++++



“Jadi gak kita pigi ke rumah sakit dek” kataku setelah 10 menit lebih diam diruang tamu rumah Ais.

“Maaf bang, mamak gak ijinin” Katanya dengan rautku masam.

“Kenapa?’

“Kata mamak, ayah ajak mamak kerumah sakit, jadi terpaksa Ais yang dirumah. Khan gak mungkin kosongin rumah.” Jelas Ais tanpa menoleh ke arahku.

“Tapi kok sepi, mamak dah pigi ya?”

“Belum nak Vandi” Suara itu mengejutkanku dan ternyata ketika tepat didepanku aku baru sadar kalau itu mamaknya Ais.

“Ma,,, maaf mak, e e mamak mau kemana?”

“Mamak mau ke rumah sakit ma ayah, jadi nak vandi disini aja dulu, temenin Ais buat tugas kuliah.” pinta mamak

“tapi mak…”

“gak lama kok, cuma satu jam aja” mamak cepat memotong pembicaraanku.

+++++



waktu terus berlalu, 30 menit sudah ngobrol dengan ais, mulai dari masalah gosip artis sampai ke masalah pendidikan. Memang enak ngobrol dengan cewek berwawasan tinggi. menambah pengalaman apalagi aku bukanlah pemuda yang berpendidikan tinggi. Cuma tamatan SMA terpencil.

Sudah sering aku berkunjung ke rumah Ais, dan biasanya aku datang sore hari dan sebelum maghrib langsung cabut pulang. Hanya malam ini yang pertama aku datang malam dan sialnya aku malah disuruh temenin cewek alim lagi. Padahal kalau aku pulang aku bisa main badminton dengan kawan-kawan. Lumayan untuk menyegarkan badan di malam hari.

“Ais, gak pernah keluar malam ya?” aku mencoba memecah kesunyian.

“Gak bang, kecuali ma mamak. tadi waktu ajak abang juga dah minta izin mamak tetapi ayah larang.”

“Ais dah punya pacar lom ni” tanyaku dengan nada canda sambil menggeserkan badan tepat di depannya tanpa niat apapun kecuali agar pembicaraan tidak perlu mengeluarkan suara yang besar.

“Glereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrt Grummmmmmmmmmmmmmm”

Aku tersentak, suara petir hadir begitu dekat. Ketika kusadar aku semakin terkejut karena ais telah berada tepat dalam pangkuanku. Kami saling termenung, aku jadi bisu, hanya mata yang menatap ais yang kelihatan sangat ketakutan.

“bang, ais takut petir” katanya dengan gemetar.

“Ya gak usah takutlah,kan ada abang, hehheheee,,,”

“tapi tetap takut”

“Glereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrt Grummmmmmmmmmmmmmm”

Sekali lagi petir datang menyambar dan langsung disertai hujan deras. Keadaan langsung berubah. Ais yang kukenal sangat menjaga jarak dengan cowok malam ini malah mendekap erat tubuhku.

sebagai pria norma, libido gairahku langsung on, entah kenapa, entah setan darimana yang merasukiku.

++++++



Aku kembali membakar rokok kretekku sambil menikmati secangkir kopi. Kenangan malam itu masih tetap terlintas dipikiranku. Rasa bersalah hadir silih berganti dengan rasa bangga.

+++++



“Bang, abang sayang ais khan????” tanya ais dengan deraian air mata.

Kami masih saling berpelukan setelah sebuah aktivitas yang menguras tenaga dan mengucurkan keringat baru saja berlalu. Jam telah menunjukkan angka 09.27. Hujan mulai mereda tapi kami malah terasa lelah.

“Ya, abang sayang ama ais, jangan nangis ya sayang” aku tulus mengucapkan ini.

“Bang, ais takut”

“jangan takut sayang, semua telah terjadi, abang juga tak bermaksud begitu, tapi…”

“tapi apa bang?” desak ais

“Tapi kita telah melakukannya dan itu harus kita akui”. aku bicara sedekat mungkin dengan telinganya seakan aku hanya mendesah dalam dekapan ais.

“Abang, jangan cerita ma siapa-siapa ya?”

“Ya gaklah sayang, senyum dong”

Aku kembali melihat senyuman yang mekar dari bibirnya, senyuman yang mengingatkanku pada erangan 31 menit Ais.

+++++++++



Telah habis 7 batang rokok kretekku. Dan hujan masih belum reda dengan hawa dinginnya. Apalagi tadi aku baru saja kehujanan, kelelahan dan kenikmatan tak terhingga.

+TAMAT+



Note: Cerita ini diambil dari kisah maya, jika ada kesamaan nama tokoh itu adalah kesamaan nama anda saja.

4 komentar: